Cari Blog Ini

Senin, 31 Mei 2010

perpustakaan sebagai sumber infomasi dan budaya

Syamsul Arif
BADAN ARSIP DAN PERPUSTAKAAN DAERAH PROPINSI SULAWESI SELATAN
« MANAJEMEN PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN
PEMBINAAN TENAGA FUNGSIONAL PUSTAKAWAN »
PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER INFORMASI KEBUDAYAN

Â



1.

Pendahuluan

Sebagai sebuah bangsa yang memiliki wilayah yang luas dan berpulau-pulau dimana diantara pulau-pulau tersebut terdapat suatu suku yang memilki budaya yang bermacam-macam, olehnya itu salah satu kekayaaan bangsa Indonesia dengan adanya keaneka ragaman suku dan budaya tersebut. Dengan kondisi wilayah Indonesia yang sangat majemuk seperti di atas sehingga akhir-akhir ini sering terjadi konflik antar daerah atau antar suku, untuk itu dibutuhkan suatu komunikasi yang sangat penting. Sehingga diantara satu suku dengan suku yang lainnya akan tedapat suatu komunitas yang membentuk suatu tradisi, adat istiadat dan aturan-aturan tertentu. Bangsa Indonesia adalah sebuah masyarakat majemuk atau bhinneka tunggal ika, yaitu sebuah masyarakat negara yang terdiri atas masyarakat-masyarakat suku bangsa yang dipersatukan dan diatur oleh sistem nasional dari masyarakat negara ini. Masyarakat indonesia yang majemuk ini penekanan keanekaragaman adalah pada suku bangsa dan kebudayaan suku bangsa.Â

Dengan aturan-aturan tersebut diatas yang merupakan ciri khas suatu daerah masing-masing sebagai pembeda serta sebagai symbol eksistensi mereka. Hal itulah yang biasa disebut dengan kebudayaan. Di dalam sebuah negara, yang merupakan salah satu bentuk komunikasi masyarakat, umumnya memilki suatu bentuk kebudayaan tersendiri yang menbedakaanya dengan negara lain. Faktor semacam ini yang menjadi acuan dalam mengembangkan peradaban yang ada di negara tersebut agar eksistensinya tidak hilang begitu saja.

Kemjuan teknologi dan informasi dalam peradaban global semakin menjadi tantangan perpustakaan untuk memberikan informasi kebuadayaan terhadap pengguna jasanya. Perpustakaan sebagai penyedia informasi, meskipun berada dalam ketegangan antar struktur sosial-ekonomi yang lemah, toh masih memiliki kekuatan pembangun informasi. Maka peran dan fungsi perpustakaan di era global adalah bagaimana berperan dan berebut informasi dalam sistim sosial. Dengan kata lain perpustakaan akan eksis apabila mengembangkan suatu komunikasi dalam peradaban manusia. Termasuk tugas perpustakaan sebagai pencerah terhadap peradaban manusia, selain itu perpustakaan juga dituntut sebagai emansipator dalam proses transpormasi kebudayaan.

Dengan peran-peran seperti diatas secara konseptual menjadikan perpustakaan sebagai medium dalam proses dialektika kontruksi dan rekontruksi kebudayaan. Sehingga dengan demikian perpustakaan akan menjadi historitas mediasi sebagai penyedia informasi yang melintas batas, kekinian dan masa depan. Dengan dasar ini perpustakaan yang baik adalah perpustakaan yang mendokumentasikan peristiwa-peristiwa masa lalu, merefleksikan kekinian dan mengajak berpikir untuk membayangkan dunia masa depan.

Dengan adanya historitas-mediasi akan membawa perpustakaan kedalam dunia informasi tanpa batas dan waktu sehingga dengan hal tersebut perpustakaan akan melintas pada dunia maya baik lokal maupun global. Perpustakaan tidak hanya menyediakan sebagian informasi, sebagai penanding budaya konsumtif, tetapi juga sebagai agen dalam proyeksi strategi kebudayaan. Dengan adanya proyeksi strategi kebudayaan tersebut menyebabkan perpustakaan tidak hanya digunakan untuk pelayanan institusi pendidikan seperti universitas, sekolah namun perpustakaan harus hadir sebagai mediasi dalam proses komunikasi sosial masyarakat. Dengan demikian fungsi sebagaimana dijelaskan di atas sebagai pencatat peristiwa, merefleksikan dan menyedikan ruang imajinasi untuk membangun kebudayaan masa depan yang lebih baik.

2.

Pengetahuan Lokal

Pengetahuan tentang kebudayaan sangat dibutuhkan sekali dimana dengan adanya kebudayaan pada dasarnya dapat mengantisipasi manusia terhadap lingkungan. Dengan munculnya suatu budaya disuatu daerah yang memberikan suatu lambang eksistensi, ciri khas, atau sebagai indikator tingkat peradaban suatu daerah.

Sebagai semacam nilai, norma atau pandangan hidup yang akan dipengangi dalam menentukan bagaimana seharusnya sebuah masyarakat bersikap dan menyikapi terhadap tradisi mereka. Keberadaan dan keberlangsungan sebuah komunitas lokal dengan tradisinya juga sangat berkaitan erat dengan sejauhmana komunitas tersebut mempunyai apa yang disebut dengan Lokal Knowledge (Geerzt,1993).

Secara turun temurun suatu kebudayaan diwariskan kegenarasi yang lebih muda. Namun karena adanya peradaban yang dialami oleh generasi yang muda tadi sehingga peradaban kebudayaan akan mengalami perubahan termasuk perubahan kebudayaan lokal, namun masih tetap memperhatikan citra kebudayaan lama. Dengan adanya perubahan tersebut akan bermunculan kebudayaan-kebudayaan yang dapat menambah khasanak budaya daerah dan kebudayaan Indonesia.

Bermunculannya kebudayaan-kebudayaan di daerah merupkan suatu bentuk nyata akan kekayaan potensi suatu daerah di Indonesia. Seperti halnya di suatu daerah munculnya suatu karya-karya seperti kerajinan, seni dan sebaginya. Sehingga dengan adanya karya-karya tersebut akan memberikan kontribusi terhadap suatu daerah untuk dijadikan sebagai suatu potensi. Potensi disini dapat berupa pendapatan daerah misalnya dijadikan sebagai daerah parawisata, yang setiap saat akan dikunjungi oleh para wisatawan. Dengan demikian sangat dibutuhkan suatu informasi terhadap kebudayaan-kebudayaan tersebut. Salah satu yang berpotensi untuk menyebarkan informasi tersebut adalah perpustakaan.

3.

Nilai Kebudayaan

Dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat atau pengguna jasa perpustakaan tentang kebudayaan seharusnya informasi tersebut memilki nilai informasi yang tinggi. Sehingga dengan adanya nilai informasi itu akan memberikan kepercayaan kepada masyarakat tentang informasi perpustakaan. Selain nilai yang tinggi informasi yang dimuat harus punya nilai jual, terpercaya, dan akurat.

Kebudayaan dapat dibagi atas 2 bagian besar menurut bentuknya, yaitu :

1.

kebudayaan Material
2.

Kebudayaan Immaterial

Kebudayaan material merupakan bentuk kebudayaan yang nyata wujudnya, seperti candi, totem dan lain-lain. Sedangkan kebudayaan immaterial merupakan bentuk kebudayaan yang wujudnya tidak nyata (abstrak) seperti konsep pemikiran, filsafat, adat istiadat, ritual, nilai etis, idiologi, demokrasi, otonomi dan lain-lain. Pada dasarnya kebudayaan immaterial ini mendasari munculnya kebudayaan material. Ini dibuktikan dengan adanya makna yang terkandung dalam setiap bentuk artefak yang dibuat. Tidak satupun artepak kebudayaan yang tidak memiliki makna, seperti misalnya makna religious yang dimilki oleh bentuk candi Borobudur.

Apabila memang demikian keadaannya, maka kebudayaan memiliki nilai yang tidak dapat diukur. Nilai kebudayaan sangat tinggi, sehingga sayang rasanya apabila kita kehilangan akar budaya kita sendiri sebagai hasil dari imbasan globalisasi. Dengan demikian tempat tumbuhnya suatu perpustakaan adalah dalam masyarakat dan kebudayaan. Kebudayaan berisi 2 (dua) dimensi yaitu :

1. Wujud kebudayaan, misalnya brupa gagasan, konsep dan pikiran manusia, atau suatu rangkaian kegiatan dan bahkan bisa berupa benda (mulai dari sendok nasi sampai peluru kendali)

2. Isi kebudayaan, ada bermacam-macam, mulai dari bahasa dalam hal ini komunikasi sampai teknologi, mulai dari sistem ekonomi sampai religi dan kesenian.







4.

Pengelolaan Informasi Kebudayaan

Melihat kenyataan seperti diatas, maka perlu kiranya pengeloalaan informasi kebudayaan dilakukan. Hal ini diupanyakan sebagai langkah bagi kita untuk tidak kehilangan satu matarantai pun dari rentang perkembangan kebudayaan dari jaman dahulu sampai sekarang.

1.

Digital Perpustakaan

Perkembangan perpustakaan digital di Indonesia cukup menggembirakan. Hal ini ditandai dengan bertambahnya anggota atau partner yang tergabung dalam jaringan perpustakaan digital di Indonesia. Disamping itu upaya pengembangan perpustakaan digital ini tidak hanya sebatas pengembangan untuk universitas dan institusi pendidikan lainnya saja. Namun pengembangan kepada pengelolaan informasi yang menjadi asset bangsa, seperti dikembangkannya perpustakaan digital untuk warisan dunia.

Dalam perpustakaan digital ini akan dihimpun dan dikelola informasi mengenai macam kebudayaan Indonesia yang berkaitan dengan artefaknya. Ini dimaksutkan sebagai upaya mengingatkan bangsa Indonesia akan potensi yang dimiliki daerahnya, disamping untuk dijadikan bahan penelitian dan pengembangan kebudayan itu sendiri. Informasi kebudayaan seperti ini dapat diperoleh dari beberapa sumber diantaranya darah itusendiri, dan dari institusi yang menaruh perhatian terhadap bentuk kebuadayaan tertentu. Dari sini sangat diharapkan akan bertambah jumlah perbendaharaan informasi kebudayaan. Sehingga pengembangan kedepannya tidak akan menemukan kendala yang berarti. Jika demikian pembangunan nasional yang berwawasan global dengan potensi local dapat dilaksanakan dengan baik.

Dalam rangka memperoleh, manfaat tentang informasi kebudayaan diperlukan suatu sistim antara lain :

1.

Konektivitas.

Konekstivitas disini diharapkan terjalinnya koneksivitas jaringan informasi kebudayaan seperti adanya koneksivitas kepada institusi, instansi dan termasuk kepada masyarakat, sehingga informasi perpustakaan tersebut dapat dengan mudah tersebar keseluruh pelosok wilayah Indonesia yang memiliki beribu-ribu pulau. Perpustakaan seharusnya secara aktif dalam mengumpulkan suatu informasi dengan menjalin suatu jaringan informasi.

Perpustakaan sebagai penyedia informasi tidak lagi membatasi pada pelayanan pada institusi pendidikan tetapi sudah seharusnya menyediakan informasi baik ditingkat local maupun global untuk itu perlu suatu jaringan informasi atau konektivitas. Dengan adanya konektivitas atau jaringan informasi tidak ada lagi jawaban bahwa buku-buku diperpustakaan tidak ada. Model jaringan seperti ini memungkinkan pengguna jasa perpustakaan semua bisa mengakses ke berbagai perpustakaan.

2.

Komunikasi

Muatan atau isu yang dimaksud erat dengan konektivitas jaringan. Ini dimaksudkan sebagai langkah untuk memelihara secara eksistensi perpustakaan digital tersebut sehingga tetap kompeten untuk memberikan informasi kebudayaan yang positif. Komunikasi yang dimuat harus mewakili budaya-budaya yang ada di Indonesia sehingga dengan adanya komunikasi tersebut memungkinkan akan terjalin suatu budaya antar budaya yang satu dengan budaya yang lain.

3.

Muatan

Muatan atau isi yang dimaksud disini adalah informasi yang disajikan melalui perpustakaan digital ini. Hal ini merupakan bagian yang paling penting untuk dipelihara. Sebab tanpa kualitas muatan ini, maka nilai kebudayaan dalam informasi yang disajikan tetap hilang. Muatan informasi yang terkandung didalamnya menandung unsur informasi terbaru, terpercaya, ketepatan, kebenaran serta keamanan. Tanpa hal-hal seperti berikut akan memungkinkan informasi yang diberikan oleh perpustakaan sebagai pusat informasi kebudayaan tidak akan tercapai dengan baik.



2.

Mendokumentasikan Informasi Kebudayaan

Untuk menghindari hilangnya suatu informasi budaya diperlukan suatu kegiatan pengdokumentasian informasi kebudayaan, baik dalam bentuk buku cetak maupun dalam bentuk elektronik seperti yang dijelaskan diatas tentang digitalisasi perpustakaan. Termasuk bagaimana cara untuk tetap mempertahankan budaya-budaya yang ada didaerah-daerah yang mempunyai tradisi, nilai-nilai, tatakrama, atau norma-norma yang berbeda-beda. Untuk itu diperlukan suatu komunikasi yang baik diantara suku-yang satu dengan suku yang lain, agar terhindar dari konflik antara suku.

Dalam mengantisifasi hal tersebut perpustakaan sangat berpotensi untuk mempasilitasi dalam mengkomunikasikan antara suku yang satu dengan suku yang lainnya dengan cara melestarikan informasi-informasi budaya masyarakat. Pelestarian budaya masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan menyimpan karya-karya manusia dalam perpustakaan dan dapat dijadikan sebagai sumber informasi literatur.



3.

Pengalihmediaan Sumber Informasi Kebudayan

Pengalihmediaan sumber sumber informasi adalah mengalih mediakan sumber informasi dari media cetak ke media elektronik atau kedalam CD ROM atau DVD agar informasi yang termuat didalamnya tetap tersimpan dengan baik. Pengalihan tersebut merupakan pekerjaan pustakawan perpustakaan sehingga informasi-informasi tentang kebudayaan yang ada di negeri kita ini tetap tersimpan sebagai khasanah budaya suatu bangsa. Pengalihmediaan sumber informasi kebudayaan sangat membutuhkan suatu keahlian tertentu khususnya dalam media teknologi informasi.



5.

Strategi informasi kebudayaan

Pengolahan informasi di kalangan perpustakaan merupakan pekerjaan yang harus dilakukan dengan perkembangan teknologi informasi seperti saat ini. Untuk itu dibutuhkan suatu aturan - aturan serta keahlian (skill) dalam pengolahan informasi. Olehnya itu perpustakaan seharusnya ikut berparsisifasi dalam penyampaiaan informasi terhadap masyarakat tanpa menyampingkan norma-norma, adat istiadat, etika dan tatakrama yang berlaku didaerah bersangkutan, termasuk kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan.

Bagaimana upaya membuat kebijakan atau policy-policy tentang apa yang seharusnya dilakukan guna memberikan jawaban dan merespon terhadap perubahan yang terjadi, serta memaknai norma-norma yang berlangsung dalam sebuah masyarakat (Peursen, 1988).

Adanya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini membuat pengelola informasi seperti halnya perpustakaan untuk berpikir bagaimana mengantisipasi gejolak tersebut. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu tantangan dalam hal mempertahankan kebudayaan kita. Tantangan kebudayaan antara lain : kebudayaan dunia atau kebudayaan antara bangsa sudah mulai di dominasi oleh kebudayaan barat, adanya perkembangan kebudayaan nasional khususnya pada daerah sedang berkembang, munculnya kebudayaan suku bangsa atau kebudayaan daerah. Kebudayaan daerah tersebut biasanya berkembang berdasarkan masing-masing suku, hal ini biasa disebut dengan kebudayaan daerah.

Selain hal tersebut diatas tantangan yang dihadapi dalam mempertahankan kebudayaan-kebudayaan nasional adalah adanya gaya hidup manusia. Dimana gaya hidup tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya barat seperti yang dikemukakan oleh Lis Orr (1977) bahwa dalam sebuah kebudayaan untuk dapat melihat identitas suatu kebudayaan dapat ditelaah melalui gaya hidup masyarakat, bagaimana menyelenggarakan pesta, memperingati peristiwa siklus hidup dan hal-hal lain yang dianggapa dapat mewakili budaya mereka.

Dengan demikian banyak cara untuk mempertahankan suatu kebudayaan, disinilah masyarakat memiliki strategi untuk mempertahankan budaya agar tetap bertahan dan berkembang. Termasuk bagaimana membuat suatu jaringan ( network). Di negara kita ini keberadaan komunikasi-komunikasi lokal dimana hidup dengan berbagai tradisi, tata nilai, orientasi, serta cara berpikir yang di milikinya, sangat menentukan dalam mempertahankan kebudayaan. Sehingga dengan adanya komunikasi-komunikasi tersebut akan terjalin hubungan antara satu suku-dengan suku yang lainnya. Namun demikian sangat memungkinkan akan mendapat tantangan-tantangan dalam mempertahankan kebudayaan dengan perkembangan informasi dan teknologi.

Permasalahan dan tantangan yang masih dihadapi dalam strategi pengembangan kebudayaan: (1) semakin lemahnya kemampuan bangsa dalam mengelola keragaman budaya dan semakin terbatasnya ruang publik seperti perpustakaan yang dapat diakses dan dikelola masyarakat multikultur untuk penyaluran aspirasi sehingga menimbulkan berbagai ketegangan dan kerawanan sosial yang berpotensi merusak integrasi bangsa; (2) terjadinya krisis identitas nasional yang ditandai dengan semakin memudarnya nilai-nilai solidaritas sosial, kekeluargaan, keramahtamahan sosial, kebanggaan terhadap identitas kebangsaan, dan rasa cinta tanah air; (3) rendahnya kemampuan untuk menyeleksi derasnya arus budaya global sehingga penyerapan budaya global yang negatif lebih cepat dibandingkan dengan penyerapan budaya global yang positif dan konstruktif yang bermanfaat untuk pembangunan bangsa dan karakter bangsa; (4) lemahnya ketahanan budaya yang diakibatkan oleh tidak sebandingnya kecepatan pembangunan ekonomi dan pembangunan karakter bangsa; dan (5) menurunnya kualitas pengelolaan kekayaan budaya yang diakibatkan oleh kurangnya pemahaman, apresiasi, kesadaran, komitmen, dan kemampuan pemerintah daerah, baik kemampuan fiskal maupun kemampuan manajerial.

6.

Komunikasi Budaya

Bangsa Indonesia yang berpulau-pulau yang memiliki masyarakat yang sangat manjemuk, sehingga kebudayaannya sangat majemuk pula sehingga akhir-akhir ini sangat banyak terjadi komflik fisik antar kelompok yang tidak sedikit menelan korban jiwa. Untuk itu perlu pemahaman tentang pola-pola komunikasi antar suku, atau dalam bangsa kita sendiri. Dengan adanya komunikasi yang baik antara suku bangsa tersebut maka kemungkinan terjadinya konflik dapat ditekan dan memungkinkan tidak terjadi.

1.

Pengetian Komunikasi Budaya

Secara sederhana komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau keterangan dari satu pihak (individu) lain dengan menggunakan sarana atau wahana tertentu (Cherry dalam Ahimsa-Putra,2003). Wahana yang dimaksud disini baik berupa suara, symbol, bunyi, gerak dan lain sebagainya. Dengan adanya kemampuan berkomunikasi tersebut apakah melalui symbol atau tanda akan tercipta, terbangun suatu kehidupan social juga kebudayaan.

2.

Komunikasi Searah dan Dua Arah

Dalam kehidupan sehari-hari proses komunikasi pada awalnya selalu satu arah, dan banyak sekali fenomena-fenomena social budaya yang menruapakan upaya dalam menyampaikan pesan searah tersebut. Seperti seorang pelukis yang hanya menyampaikan pesannya lewat lukisannya sehingga tidak terjadi dioalog. Namun penyampaiaan tersebut kemungkinan masih banyak yang tidak mengerti maksud penyampaiaan pesan tersebut. Namun apabila pesan yang disampaikan oleh pelukis tersersebut dimenerti maka terjadilah suatu komunikasi dua arah. Komunikasi dua arah yang berjalan tersebut biasanya didasarkan atas pengetahuan atau pemaknaan tanda atau symbol yang sama atau kebudayaan yang sama.

Namun dalam perjalanan kadang komunikasi tidak berjalan lancer sehingga muncul kesakahan komunikasi atau pesan yang disampaikan tidak diterima oleh atau diterima namun belum jelas sehingga komunikasi harus diulang agar tidak terjadi kesalah pahaman. Karena dengan adanya kesalahan komunikasi tersebut akan memungkinkan terjadinya konflik antar kelompok, komunitas atau suku.

3.

Komunikasi Lewat gerak

Kamunikasi yang dilakukan oleh masyarakat tertentu adalah kemunikasi gerak dimana komunikasi ini hanya merupakan suatu penekanan atau memperjelas maksud dari komunikasi symbol tersebut. Namun kelemahannya dalam berkomunikasi harus saling berhadapan antara yang satu dengan yang lain.

4.

Komunikasi Lewat Bunyi

Salah satu wahanan penyampaiaan informasi kebudayaan kepada masyarakat atau suku tertentu adalah dengan adanya bunyi. Dalam penyampaiaan bunyi ini dimungkinkan agar masyarakat dapat mendengar walaupun tidak melihta sepertu memukul kentongan atau benda-benda yang lain yang pada umumnya masyarakat sudah mengetahui informasi yang dimaksud.

5.

Komunikasi Lewat Gambar

Komunikasi lewat gambar biasanya dilakukan ditempat-tempat tertentu apakah batu atau kertas-kertas yang digores-gores yang merupakan suatu tanda atau pesan tertentu. Namun pesan gambar sangat memungkinkan untuk menapsirkan salah apalagi kalau gambarnya sudah rumit sehingga informasi yang disampaikan tidak berhasil dengan baik.

6.

Komunikasi Lewat Suara

Komunikasi lewat suara adalah komunikasi yang langsung di keluarkan ditenggorokan manusia. Komunikasi ini yang sangat efektif, dimana alat yang dipakai terdapat pada manusia itu sendiri.

Dari semua komunikasi tersebut diatas tujuannya hanya bagaimana menyampaikan suatu pesan, ilmu pengetahuan, dengan sebaik-baiknya sehingga kehidupan manusia akan lebih baik, tanpa membedakan suku yang satu dengan suku yang lainnya dan menghindari konflik-konflik hanya karena kesalahan informasi atau komunikasi.



7.

Kesimpulan

Setiap manusia pada hakikatnya memiliki kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Sesuatu itu perlu dihargai karena hal tersebut merupakan hasil karya cipta melalui proses berpikir, perenungan yang dilakukan secara komprehensif dengan perhitungan dan pendayagunaan lingkungannya. Dengan upaya pengelolaan informasi kebudayaan melalui perpustakaan digital untuk warisan bangsa, berarti kita telah berupaya untuk menghargai bangsa kita dan memberikan makna kepada kehidupan kita.

Perkembangan masyarakat yang sangat cepat sebagai akibat dari globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi membutuhkan penyesuaian tata nilai dan perilaku. Dalam suasana dinamis tersebut, pengembangan kebudayaan diharapkan dapat memberikan arah bagi perwujudan identitas nasional yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Di samping itu pengembangan kebudayaan dimaksudkan untuk menciptakan iklim kondusif dan harmonis sehingga nilai-nilai kearifan lokal mampu merespon modernisasi secara positif dan produktif sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan.

Dengan adanya digitalisasi yang dilakukan oleh perpustakaan terhadap informasi-informasi kebudayaan akan terhindar dari hilangnya informasi-informasi budaya indonesia yang beraneka ragam tersebut. Dengan demikian kebutuhan akan informasi akan datang tetap terpelihara di perpustakaan.





8.

Daftar Bacaan

Abdullah, Irwan. (2007). Kontruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Darmawan, Ruly. (19 ?). Pengelolaan Kebudayaan sebagai Suatu Potensi Daerah (Makalah ). Bandung: (s.n)

Geertz,Clifford,(1993) Local Knowledge, Futher Essys in Intrvretati ve anthropology, London,Fontana Press.

Hidayah, Zulyani. (1996). Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta : LP3ES.

Jurnal Ketahanan Nasoinal No. VIII (2003). Yogyakarata : Pasca sarjana UGM.

Mudiyono. (2007). Kumpulan Materi Kuliah Kebudayaan dan Masyarakat Informasi.

Peursen, Van C.A. (1988) Strategi kebudayaan, Yogyakarta, Kanisius.

Thohir, Mudjahirin. (2007). Memahami kebudayaan : Teori, Metodologi dan Aplikasi. Semarang, Fasindo Press.



oleh Syamsul Arif